Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan Indonesia akan merespons anomali harga minyak dunia akibat seteru Israel-Iran dengan mengebut cadangan minyak untuk ketahanan energi.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, di tengah konflik geopolitik yang akan memengaruhi rute perdagangan minyak, pemerintah akan mengupayakan agar kebutuhan energi bisa dipenuhi dari dalam negeri dengan memacu produksi siap jual atau lifting.
“Jadi ya kita mengusahakan ada peningkatan produksi migas dalam negeri, terutama untuk crude. Dari yang tadinya tingkat produksi kita 560.000—570.000 barel per hari [bph], ini sekarang rata-rata sudah di atas 600.000 bph. Bulan ini sudah di atas 610.000 bph,” ujarnya ditemui Jumat (13/6/2025).
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus naik 6,8% menjadi US$74,05/barel pada pukul 14.40 di Singapura. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 7% menjadi US$72,80/barel.

Lonjakan harga minyak akibat seteru Israel-Iran./dok. Bloomberg
Yuliot belum bisa mengonfirmasi apakah lonjakan harga minyak akibat perang Israel-Iran akan langsung berdampak pada beban negara untuk mengimpor minyak dan bahan bakar minyak (BBM).
Namun, lanjutnya, pemerintah akan mengupayakan perluasan programbiodiesel untuk mengantisipasi hal tersebut. Dalam kaitan itu, dia menegaskan B50 tetap akan dijalankan pada 2026.
Selain memperluas biodiesel, pemerintah juga mengebut ketergantungan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di beberapa daerah terhadap penggunaan minyak dan BBM. PLTD tersebut akan dialihkan untuk menggunakan panas bumi.
“Dalam waktu dekat ada empat [pembangkit] geothermal yang akan diresmikan juga masuk fase komersial. Jadi ya ini untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap minyak,” ujar Yuliot.
Minyak melonjak hingga 13% sebelum memangkas kenaikan, setelah Israel melakukan gelombang serangan terhadap Iran, yang meningkatkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas di kawasan yang menyumbang sepertiga dari produksi minyak mentah global.
Brent mencapai US$78/barel dalam lonjakan intraday terbesar sejak Maret 2022, setelah invasi Rusia ke Ukraina, sebelum memangkas sebagian kenaikan.
Rentang yang cepat melebar, dengan bentuk kurva berjangka menunjukkan kekhawatiran akan konflik yang berlarut-larut, sementara volatilitas melonjak. Emas diuntungkan oleh permintaan aset safe haven, yang mendorong ke arah rekor.
Program Nuklir
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan itu menargetkan program nuklir dan militer Teheran, dan akan berlangsung hingga program itu disingkirkan.
Iran berjanji akan memberikan respons yang keras, dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan beberapa komandan dan ilmuwan telah tewas. Beberapa jam setelah serangan pertama Israel, Teheran meluncurkan lebih dari 100 pesawat tanpa awak sebagai balasan, kata Israel.
“Kita kembali ke lingkungan ketidakpastian geopolitik yang meningkat, membuat pasar minyak dalam keadaan genting dan mengharuskannya untuk mulai memperhitungkan premi risiko yang lebih besar untuk setiap potensi gangguan pasokan,” kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING Groep NV.

Pegerakan harga minyak akibat dinamika geopolitik
Kenaikan harga minyak yang cepat menghapus tren penurunan tahun ini yang disebabkan oleh dampak dari meningkatnya ketegangan perdagangan global, dan keputusan OPEC+ untuk menghidupkan kembali kapasitas yang ditutup lebih cepat dari perkiraan.
Source : bloombergtechnoz.com